Jumat, 28 Februari 2014

Dino Patti Djalal, Seorang Diplomat Perubahan Indonesia

Foto 1: Sosok Dr Dino Patti Djalal. Sumber: Ciarciar.com
Diplomat merupakan pekerjaan yang tak semudah apa yang dikira. Seorang diplomat harus mampu menjembatani hubungan bilateral dengan beberapa Negara sekaligus. Siapa saja yang menjadi seorang diplomat harus mampu mewakili negara dimana mereka berasal di dalam suatu pemerintahan asing yang berdaulat. Bukan urusan gampang untuk menjadi diplomat.Terdapat beberapa syarat mutlak yang harus untuk menjadi seorang diplomat, mulai dari seleksi administrasi hingga beberapa tes kemampuan.
 
Terdapat beberapa sosok diplomat yang disegani, salah satunya ialah Dr Dino Patti Djalal. Pemikirannya yang cerdas, lugas dan tegas, membawanya menjadi seorang Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Lahir dari keluarga diplomatik pada 10 September 1965 di Beograd, Yugoslavia, membuat sosok Dino terbiasa dengan kehidupan diplomatik. Ayahnya, Profesor Hasyim Djalal merupakan Duta Besar Indonesia untuk Kanada dan Jerman, selain itu, beliau menjadi pakar kelautan dengan berbagai inovasi kelautan di Indonesia.

Sebelum menjadi seorang Duta Besar, Dino –panggilan akrab Dino Patti Djalal– memiliki kisah dibalik kesuksesannya kini. Dino kecil termasuk golongan anak yang tak kompetitif.Saat sekolah ia selalu ingin cepat pulang, agar dapat bermain kelereng dengan temannya. Melihat dari perkembangan Dino kecil yang tak kunjung berkembang, orang tuanya pun memutuskan untuk memasukkannya ke dalam sekolah khusus. Dari sinilah ia belajar akan pentingnya kompetisi dalam kehidupan, membuatnya menjadi nomor satu.

Di masa muda, Dino telah makan manis-pahitnya kehidupan. Ia pernah menjadi tukang cuci piring di kantor yang kini ia tempati –KBRI Washington– . Hingga suatu saat ia menemukan semangat baru yang membuatnya tertarik ilmu politik dan diplomasi. Semangat tersebut didapatkannya dari sebuah buku kumpula pidato Bung Karno yang ditemukannya di Gudang, dimana ia juga pernah menjadi pekerja gudang di KBRI.

Ia mendapatkan gelar S-1 di Universitas Carleton, gelar M.A dari Universitas Simon Frazer di Kanada hingga meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School of Economics and Politic Science.

Menapaki karir diplomasi dimulai dari tahun 1987 saat terjun dalam Departemen Luar Negeri dengan beberapa penugasan penting pernah diemban, diantaranya Jubir Satgas P3TT (Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor Timur), hingga sebagai Direktur Urusan Amerika Utara dan Amerika Tengah, sebelum akhirnya bersama Andi Mallarangeng kemudian ditunjuk sebagai jubir Presiden ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden Indonesia.

Banyak sekali ide, gagasan dan konsep yang ditelorkan oleh Dino Patti Djalal ini. Bekerja sama dengan Robert Scher dari Pentagon, ia berhasil menjadi conceptor “US-Indonesia Security Dialog”, dialog yang dimulai 4 tahun sebelum hubungan kemiliteran antar Indonesia-Amerika Serikat yan normal pada tahun 2005.

Foto 2: Dino Patti Djalal beserta keluarga berfoto bersama Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Sumber: Embassy of Republic Indonesia Washington D.C.

Menjadi conceptor Kehutanan-11, conceptor President Visitor's Program, salah satu arsitek Global Inter-Media Dialog dan masih banyak lagi. Tak diragukan lagi kualitas dari seorang Dino Patti Djalal. Tak hanya fokus dalam dunia diplomasi, ia juga menjadi seorang penulis pidato handal dengan nuansa baru dalam gaya dan nada pidato Presiden internasional. Tak salah bila kita menganggap Dino Patti Djalal sebagai sosok pembawa perubahan bagi Indonesia.

Dino juga dikenal sebagai pemuda aktivis, akademisi sekaligus penulis best seller nasional. Tercatat lima buku sudah ia tulis sepanjang kurun waktu 1996-2009, diantaranya: Para geopolitik maritim di Indonesia kebijakan teritorial (Jakarta: CSIS, 1996)Transformasi Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2005)Indonesia Unggul (Jakarta: Gramedia, 2008)Harus Bisa! (Jakarta: Merah Putih, 2008)Energi Positif (Jakarta: Merah Putih, 2009).

Gagasannya yang bertajuk “Nasionalisme Unggul” kini hangat diperbicangkan. Terlebih lagi ia menjadi peserta konvensi capres Demokrat. Berbeda dengan peserta lainnya, Dino Patti Djalal tidak sebegitu mementingkan pencintraan publik agar memilihnya sebagai calon presiden. Ia bersikukuh untuk mempertahankan paham idealismenya, guna menarik simpati rakyat. Menurutnya, Nasionalisme Unggul adalah semangat, etos hidup, karakter, sekaligus resep sukses yang Dino percaya dapat mendorong Indonesia mewujudkan impiannya menjadi raksasa Asia. 
 
Dino Patti Djalal merupakan satu diantar banyaknya tokoh di Indonesia yang terus mencurahkan tenaganya dalam membangun bangsa yang lebih baik kedepannya. Tak hanya menjadi omongan belaka bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya –kaya sumber daya alam dan khazanah budaya–, namun masih terdapat kekurangan yang harus dibenahi dan terus ditingkatkan. Semoga di kemudian hari masih banyak tokoh idealis dengan pemikiran yang kritis dan logis seperti sosok Dino ini, menjadi panutan bangsa di kancah nasional maupun internasional.

Ia pun aktif dalam berbagai media sosial guna menyuarakan pesan positif dan inspiratif bagi rakyat Indonesia agar berbenah diri. Sebagai penutup, penulis mengutip pernyataan Dino Patti Djalal yan berbunyi:
Rasa Percaya diri yang paling penting adalah percaya diri dalam mengambil sikap dan mengutarakan pandangan. Seorang pemimpin harus “intellectual macho”, punya kejantanan intelektual, yang berarti dia tidak takut dengan argumentasi orang, namun lebih penting lagi, tidak takut dengan argumentasi diri sendiri.



 Referensi :
    "Kisah Dino Patti Djalal, dari Pencuci Piring Hingga Dubes RI". Detik News. Diakses 2014-02-28.
  1. "Dino Patti Djalal". Wikipedia. Diakses 2014-02-28.
  1. "Tentang Dr Dino Patti Djalal". Official website Dino Patti Djalal. Diakses 2014-02-28.
  1. "Kutipan Inspiratif Dino Patti Djalal". Ciarciar.com. Diakses 2014-02-28.
  1. "Dino Patti Djalal Kecil Hampir Tak Naik Kelas, Pemurung dan Tak Kompetitif". Tribunnews.com. Diakses 2014-02-28.

7 komentar:

  1. udah bagus tapi tema sama judulnya dibuat yg lebih menarik dan ga mainstream ya gaan biar yg ngeliat tertarik mbaca. over all good

    BalasHapus
  2. seorang diplomat itu keren,,aku pun pengen jadi diplomat,,tapi cuma sekedar pengen :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak.. saya juga dulu kepengen...
      tapi lebih enak gini ya.. ngulik di balik komputer...

      Hapus
    2. Iya enakan ngulik dibalik Laptop

      Hapus
  3. salaaam...sebagai junior Pak DPD di Kemlu, I really enjoy your writing here :)...mudah-mudahan makin banyak perubahan yang bisa dilakukan oleh kita semua..

    BalasHapus
  4. aaaaaaaaaaaaah gue fans berat pak dino patti jalal

    BalasHapus